Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak dan Ratu Kalinyamat

Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini diyakini dibangun oleh Wali Songo, penyebar agama Islam di Pulau Jawa, pada abad ke-15 Masehi, pada masa pemerintahan Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak1. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik dan sarat dengan makna, seperti atap limas bersusun tiga yang melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan, serta empat tiang penyangga yang dibuat oleh empat wali, yaitu Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, dan Sunan Kalijaga2.

Salah satu tiang yang paling menarik perhatian adalah tiang timur laut yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Tiang ini dikenal dengan nama saka tatal atau saka guru tatal, karena terbuat dari serpihan dan potongan-potongan kayu yang disatukan dengan paku besi2. Menurut cerita rakyat, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga sebagai hadiah pernikahan untuk puteri Raden Patah yang bernama Ratu Kalinyamat3.

Ratu Kalinyamat adalah tokoh sejarah yang menjadi bupati di Jepara setelah menikah dengan Arya Penangsang, putera Adipati Pajang yang juga merupakan keponakan Raden Patah3. Ratu Kalinyamat dikenal sebagai sosok wanita pemberani dan patriotis yang melawan penjajahan Portugis di Jepara. Ia juga membangun Masjid Mantingan sebagai pusat perlawanan dan tempat beribadah3.

Ratu Kalinyamat meninggal pada tahun 1579 dan dimakamkan di kompleks Masjid Mantingan. Makamnya berada di sebelah makam suaminya Arya Penangsang yang gugur dalam pertempuran melawan Hadiwijaya, raja Pajang3. Makam Ratu Kalinyamat dapat dikenali dari nisan berbentuk lingga-yoni yang melambangkan kesuburan dan kemakmuran3.

Masjid Agung Demak dan tokoh ceritanya Ratu Kalinyamat Jepara adalah bagian dari warisan sejarah dan budaya bangsa Indonesia yang patut kita kenal dan lestarikan. Masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Tanah Jawa, sedangkan Ratu Kalinyamat menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk berani berjuang demi tanah air.